Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

BULUNG MOTUNG

   Pada pembukaan salah satu syair sastra Batak disebutkan:          Bulung motung si dua rupa, na bontar nang rata-rata          Terjemahannya:  Daun Motung berwajah dua, yang putih dan yang hijau. Motung atau gumbot  /gubbot/  adalah sejenis tanaman pohon kayu hutan yang banyak terdapat di dataran tinggi tanah Batak.  Sibulung Motung   adalah daun pohon tanaman tersebut yang mempunyai keunikan yakni terdiri dari dua warna.  Permukaan daunnya hijau sedangkan bagian bawahnya putih bersih. Ukurannya seperti daun jati bisa mencapai panjang satu hasta dan lebar satu setengah jengkal orang dewasa   Bulung motung  pada masyarakat tradisional Batak dipergunakan untuk pembungkus bahan makanan, seperti halnya daun pisang atau daun jati.  Daun ini  juga difungsikan sebagai piring   tempat menghidangkan nasi dan lauk, sehingga dalam bahasa sastra Batak atau bahasa...

Homang dan Gulambak

    Homang dan Gulambak adalah dua jenis makhluk “misteri” di tanah Batak.   Homang (Sihomang) Sejenis makhluk yang wujudnya menyerupai manusia, tetapi berwajah menyeramkan lebih mirip ke "orang utan."  Berbulu dan ukurannya lebih besar dan lebih tinggi dari pria dewasa.  Konon telapak kaki dan tangannya posisinya terbalik, jari jemarinya menghadap ke belakang.  Makhluk ini suka menyesatkan seseorang ke suatu tempat sunyi atau ke dalam hutan belantara bahkan menculik (biasanya anak gadis) tetapi setelah beberapa hari mengembalikan ke tempat semula berada.  Makhluk ini beraksi di malam hari di jalanan kampung yang gelap atau di tengah hutan rimba belantara yang jarang atau tidak pernah dilalui manusia. Menurut versi kisah Saribu Raja, ketika melewati suatu hutan rimba belantara (diistilahkan:  “tombak na limuton, harangan rimbun rea, parhais-haisan ni babiat, paranggunanggunan ni homang”  atau hutan berlumut, belantara lebat, te...

BONANG MANALU & SITIGA BOLIT

Gambar
Sitiga Bolit pada Patung Sigale-gale (Foto, 2010) Bonang Manalu  adalah tiga  benang berwarna putih, merah dan hitam yang dijalin atau dipilin menjadi satu kesatuan, sebagai hiasan pada tongkat ukir  tunggal panaluan  dan  juga berfungsi sebagai sarana magis untuk suatu ritual maupun metode pengobatan tradisional Batak.    Bonang  artinya  benang dan  manalu   (berasal  dari   kata  ma  dan   tolu ) artinya tiga menyatu/dalam satu kesatuan. Sitiga Bolit  adalah t iga benang dijalin secara teratur menjadi satu  (bonang manalu)  dengan   ukuran tertentu digunakan untuk ikat yang melilit di kepala, seperti bentuk serban.   Tiga (sitiga)  artinya  tiga, dan  bolit  artinya  belit, belitan, pilinan, atau jalinan. Warna putih, merah dan hitam merupakan warna utama dan dominan bagi Suku Batak dalam berbagai corak ragam hias, seperti pada warna  gorga...

SUKU BATAK KETURUNAN DEWATA

Gambar
  SUKU BATAK KETURUNAN DEWATA Diagram: Manusia Pertama Batak di Banua Ginjang Suku Batak adalah keturunan Dewata, demikian menurut   turi-turian   Batak. Bermula dari mitologi kelahiran manusia pertama (Batak) di Banua Ginjang, atas kuasa Sang Maha Pencipta, Ompu Mulajadi Na Bolon, yakni, laki-laki dari dari 3 (tiga) butir telur dan perempuan dari 3 (tiga) ruas bambu yang diasuh   oleh Manuk Patiaraja (Hulambujati) dan Manuk Mandoangmandoing.   Di beberapa literatur, tidak dijelaskan adanya manuk Mandoangmandoing hanya Manuk Patiaraja (Hulambujati). Manusia pertama ini tinggal di   Banua Ginjang   (surgaloka), dan mereka adalah   Debata (Dewata)  [1] ,yaitu:   Batara Guru, Soripada dan Mangala Bulan . Ompu Mulajadi Na Bolon kemudian menjadikan pasangan hidup dan pendamping yang sepadan dari ruas bambu, yakni S. Parmeme, S. Parorot dan S. Panuturi.  Dari pernikahan tersebut, lahirlah keturunan putra dan putri sebagaimana diuraikan pa...

GURU PATIMPUS

Gambar
GURU PATIMPUS Silsilah Keluarga Guru Patimpus  Guru Patimpus , adalah cucu dari Sisingamangaraja I, Raja Manghuntal dari Bakara. Menurut Riwayat Hamparan Perak sebagai berikut:  "Alkisah kata sahibul hikayat suatu cerita dahulu kala seorang Raja bernama   Singa Mahraja   memerintah di negeri   Bakerah."   (Singa Mahraja   dimaksud adalah   Sisingamangaraja   dan negeri   Bakerah   adalah   Negeri Bakara) . Sisingamangaraja I mempunyai dua putra, Tuan Mandolang, putra I, terpilih menjadi Sisingamangaraja II menggantikan ayahnya.  Putra kedua, Tuan Si Raja Hita perpamitan dan meminta doa restu kepada ayahnya Sisingamangaraja I untuk pergi ke negeri lain,  bersama pengikutnya bermaksud untuk mendirikan kerajaaan baru. Bertahun ia berjalan sampai di Gunung Si Bayak (Gunung Sibayak), dataran tinggi Karo, dan dibuatlah nama kampung itu   Karo Sepuluh Dua Kuta. Tuan Si Raja Hita mendirikan beberapa kerajaan untuk anakny...

DATU, SIBASO, GURU DAN TUAN

Datu (dukun)   adalah   seseorang yang mempunyai kemampuan di luar daya normal manusia awam (kemampuan supr a natural /paranormal ). Dalam struktur masyarakat Batak tradisional,  Datu  mendapat posisi terhormat  karena kompetensi nya   di bidang membaca dan menulis aksara  Batak, dan kemampuan lain seperti pengobatan, ilmu nujum, parhalaan (penanggalan) untuk membaca hari baik dan buruk.  Selain itu s eorang  Datu  memegang fungsi  dan peran  penting   “sesuai jurusan kualifikasi keilmuaannya”  dalam kelompok masyarakat territorial huta, dan berasal dari garis keturunan marga yang menempati huta.  Setiap marga dalam satu huta minimal mempunyai seorang  Datu .  S eorang  Datu  tidak serba menguasai semua bidang-bidang  hadatuon  (perdukunan), tetapi biasanya terdapat satu keahlian  khusus  yang menonjol di bidangnya . Misalnya  Datu Partaoar , dengan ramuan-ramuannya le...

BABI ITU HARAM MENURUT PANDANGAN BATAK TRADISIONAL?

Gambar
Pinahan Lobu (Foto, 2010) Babi bahasa Bataknya adalah  babi, pinahan lobu,  parmiak-miak/namarmiak-miak  (gemuk, berlemak), bahasa yang diperhalus  "horbo na metmet"  (kerbau kecil) .  Konon  –masih perlu pembuktian lebih lanjut dari catatan sejarah- , jenis hewan ini sering dibawa oleh pelaut bangsa Eropa, dan secara besar-besaran didatangkan pada akhir tahun 1800 an (awal tahun 1900 an) ke tanah Batak untuk diternakkan sebagai sumber kebutuhan konsumsi “daging” kaum penjajah/si mata putih  (sibontar mata)  dan rakyat jelata. Ternak ini memang murah, mudah dan cepat berkembang biak. Menurut orang Eropa masyarakat perlu menikmati daging sebagai lauk sehari-hari, karena sebelumnya orang Batak makan daging hanya saat pesta, atau menjamu tamu yang dihormati. Sebaliknya pemimpin dan pemangku adat masyarakat  Batak Tradisional dan kaum Malim (Parmalim)  menyatakan bahwa daging babi itu  “rotak”  dan  dikategorika...

ADAT BATAK DAN KRISTEN (II)

A dat Batak kuno mengalami perubahan dan adaptasi sejak agama Kristen masuk ke Tanah Batak sekitar 1860-an.  Beberapa di antaranya: 1. Martutu Aek (P embabtisan) Martutu Aek  adalah ritual kepada seorang anak yang baru lahir, dan dibawa ke  homban (telaga dari mata air di ladang)  untuk dimandikan.  Datu   (dukun) menciduk air dan memandikan bayi di tempat ini, selanjutnya prosesi pemberian nama. Adat  Martutu Aek  ini kemudian menjadi Baptisan Kristen  (Tardidi atau Pandidion)  yang dilaksanakan di Gereja oleh Pendeta dengan memercikkan air kepada si bayi atau anak. 2. Mangalontik Ipon (Meratakan Gigi) Ritual  mangalontik ipon  sebagai tanda seorang anak telah memasuki kedewasaan dan meninggalkan masa kanak-kanaknya.  Tradisi ritual ini dirubah menjadi Angkat Sidi  (M alua)   yang dilaksanakan di Gereja  kepada anak  Kristen yang telah  memasuki usia dewasa dan  kematangan secara im...

KARYA TULIS DAN PANDANGAN PENGINJIL TENTANG BATAK

  Beberapa pendapat, karya tulis dan pandangan penginjil Kristen tentang Batak, yaitu: Tahun  1824 , Penginjil  Burton  dan  Ward  dari  Inggris  dengan laporannya,  “Report of Journey into the Batak Country in the Inferior of Sumatera, in the Year 1824”  dalam  “Transactions of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland,”  terbit di London tahun 1827.  Isinya: gambaran, ciri-ciri dan keadaan kehidupan social, keramahan dan keterbukaan masyarakat Batak, selain itu juga adat istiadat, agama dan tata kehidupan penduduk di daerah Tapanuli sekitar Sibolga, Silindung dan sebagian Hurlang. Tahun  1849-1857,  Herman Neubronner van der Tuuk   (Dr. Van der Tuuk)  --oleh orang Batak kuno dipanggil  "Pandortuk"--  dari Amsterdam, utusan Dutch Bible Society (Kongsi Bible Netherland) membuka jalan pelayanan zending agama Kristen Protestan kepada suku Batak.  Selama delapan tahun Van der Tu...

HARAJAON BATAK (KERAJAAN BATAK)

  Kerajaaan (Harajaon) Batak berbentuk "state" (negara) dengan struktur pemerintahan dan tata aturan seperti negara-negara modern telah ada, bahkan sebelum  Si Raja Batak  bermukim di Pusuk Buhit.  Pada masa itu nama kaum penduduknya belum dikenal sebagai "Batak."  [1]   Harajaon Batak pertama dipimpin oleh seorang yang bernama  Tuan Sori Mangaraja,   leluhur Si Raja Batak.   Dari penelusuran sejarah dan beberapa sumber informasi, di mana letak dan tahun berdirinya kerajaan Batak pertama ini masih menjadi polemik.  Apakah di sepanjang Pantai Timur atau Pantai Barat Sumatera bagian Utara, atau di wilayah perbatasan Aceh (sekarang), atau di suatu tempat di daratan Asia, seputar tahun kejayaan kerajaan nusantara, Sriwijaya.   Kerajaan Batak ini tidak bertahan akibat suatu konflik dan politik pada masanya. Keturunannya dan para pengikutnya memilih hijrah ke daerah baru,  Pusuk Buhit.  Wilayah ini sangat strategi...

SIPELEBEGU

Sipelebegu,   Pelebegu  atau  Hasipelebeguan  berasal   dari   kata  “pele”   dan  “begu” .  Pele  artinya memberikan sesaji, sedangkan  begu  adalah roh.   Sipelebegu  adalah pelaku kegiatan "pemberian sesaji"  kepada roh baik berupa  makanan, minuman atau sesuatu benda ke makam-makam, pohon besar, juga ke tempat yang diyakini keramat (sakral) atau angker (seram, menakutkan).  Pelebegu atau Mamele Begu =   kegiatan pemberian  sesaji.   Hasipelebeguan   adalah hal-hal tentang pemberian sajen atau sesajen   (pelean)   kepada roh-roh.   "Pelean"   =  pemberian atau sumbangan, berasal dari kata  "lean"  = beri, berikan, sampaikan.  Sipelebegu, Pelbegu, Hasipelebeguan  bukan sebagai suatu aliran kepercayaan Batak, dan  bukan  sebagai agama di kalangan Suku Batak kuno. Suku Batak kuno sering dikatakan sebagai...

SIBORU DEANG PARUJAR MENAKLUKKAN NAGA PADOHA

MITOLOGI: LAHIRNYA MANUSIA PERTAMA "BATAK" (VI)   Siboru Deang Parujar mulai khawatir bahwa Naga Padoha tidak bisa dirantai. Ia tetap berusaha, kali ini ia memohon kembali kepada Ompu Mulajadi Na Bolon, dan melalui Leang-leang Mandi diserahkan  rantai baja yang baru dan terkuat dari segala rantai yang pernah ada dan sebuah pasungan disertai tiga macam senjata pusaka.  Senjata pusaka berupa: pertama, kerudung pelindung panas; kedua, tongkat dan ketiga pedang.  Siboru Deang Parujar segera menemui Naga Padoha “Jika waktu itu kamu sendiri yang merantai, sekarang akulah,” kata Siboru Deang Parujar beralasan sambil menunjukkan pasungan dan rantai yang baru.  Naga Padoha nyengir dan menurut, "Perkara kecillah itu," ujarnya dalam hati. Tanpa membuang waktu Siboru Deang Parujar memasung dan merantai Naga Padoha.  Ujung rantai pengikat leher ditambatkan di tongkat  Tungkotungko Sipitu Tanduk . “Sekarang aku sudah terikat lagi,” kata Naga Padoha sambil ...

TINGKI NA LIMA VERSI BATAK

Gambar
  TINGKI NA LIMA Kala Senja (Botari) di Dataran Tinggi Toba (Foto, 2011) Tingki na lima  (dibaca: tikki na lima)  atau "waktu nan lima" adalah pembagian waktu terang dalam sehari mulai dari  torang ari  (hari terang), pukul 05.00 WIB ke  binsar mataniari   (matahari bersinar) sampai dengan  bot ari  (menjelang gelap) ke  mate mata ni ari  (matahari terbenam) , yaitu:  1.  Sogot ni Ari  adalah antara pukul 05.00 s/d pukul 07.00 WIB (pagi hari).      Asal kata :  sogot  = pagi.  Sogot  juga bisa berarti  besok (marsogot) atau      hari yang akan datang. 2. Pangului   adalah antara pukul 07.00 lewat s/d pukul 11.00 WIB (pagi      menjelang siang) 3. Hos ni Ari   adalah tengah hari ketika matahari berada pada titik kulminasi,      antara pukul 11.00 lewat s/d pukul 13.00 WIB (siang hari). ...